Tertekan.
Kehidupan sekarang. Harusnya aku menyadarinya sejak awal. Mengapa aku begitu mudah untuk digerakkan.
Sekarang beginilah. Aku sangat tidak bersemangat.
Mungkin--well, memang-- ada perasaan puas , bangga, senang. Namun hanya, sekedar itu saja. Tidak lebih.
Belum cukup untuk membuatku menjadi sebuah ekspektasi.
Thursday, September 29, 2011
Wednesday, September 14, 2011
Disana, Disini yang Dulu
Wednesday, September 14, 2011
"Namun kau terlanjur datang, bahkan pergi kini. Hingga aku sadar sekeping hatiku sudah terbawamu, dan aku kehilangan.."
cukup tau. dari awal aku mengerti kalo bakal kayak gini. tapi aku tetep maju, yah aku terima. ini konsekuensinya.
dia samasekali nggak salah. aku yang salah, sepenuhnya. aku berhak dihukum.
dan yang akan menghukum diriku adalah Aku.
bagi sebagian orang, menghukum diri sendiri merupakan cara menikmati kesalahan itu.
berada di bawah sebuah kesalahan. perbuatan bodoh. tapi biarkan aku merasakannya sejenak saja.
beristirahat. untuk kemudian kembali ke posisiku semula.
disana. disini yang dulu.
cukup tau. dari awal aku mengerti kalo bakal kayak gini. tapi aku tetep maju, yah aku terima. ini konsekuensinya.
dia samasekali nggak salah. aku yang salah, sepenuhnya. aku berhak dihukum.
dan yang akan menghukum diriku adalah Aku.
bagi sebagian orang, menghukum diri sendiri merupakan cara menikmati kesalahan itu.
berada di bawah sebuah kesalahan. perbuatan bodoh. tapi biarkan aku merasakannya sejenak saja.
beristirahat. untuk kemudian kembali ke posisiku semula.
disana. disini yang dulu.
Saturday, September 10, 2011
Saturday, September 10, 2011
Sepi.
Tak ada sahutan darimu.
sudah kulanggar janjiku
demi mengetahui apakah, kita sebagai teman, baik-baik sajakah
Untuk sekedar memulai
merangkai kata, hm tidak, memilih kata susaah sekali
dan ketika aku sudah menemukannya
kamu mengabaikannya begitu saja
hingga ketika
sebuah kata.
cukup membuatku mengerti
bahwa semuanya hampir mungkin
kembali seperti semula.
semoga bukan hanya hari ini,
namun hari ini, esok, dan seterusnya.
Tak ada sahutan darimu.
sudah kulanggar janjiku
demi mengetahui apakah, kita sebagai teman, baik-baik sajakah
Untuk sekedar memulai
merangkai kata, hm tidak, memilih kata susaah sekali
dan ketika aku sudah menemukannya
kamu mengabaikannya begitu saja
hingga ketika
sebuah kata.
cukup membuatku mengerti
bahwa semuanya hampir mungkin
kembali seperti semula.
semoga bukan hanya hari ini,
namun hari ini, esok, dan seterusnya.
Saturday, July 09, 2011
yang Kutemukan
Saturday, July 09, 2011
Kemarin aku ke Galeri Tujuh Bintang di jalan Sukonandi, ada pameran lukisan. Waktu mau masuk ke ruang galerinya, di depan ada mbak mbak keliatan bingung. Aku sih awalnya diem aja. Sampai akhirnya mbaknya bilang "galerinya kok sepi banget ya saya jadi bingung ini ada pameran atau enggak. ya sekarang bareng aja deh udah ada temennya" sambil senyum. Aku ya nanggapin sekenanya aja. Bener sih, keliatan sepi banget. Tapi di pintu masuk ada keterangan open-buka. Jadi aku yakin kalo pamerannya diadain hari itu.
Oh ternyata, galerinya memang tertutup. Pintu masuknya harus ditutup kembali setelah dibuka. Beda sama galeri galeri yang lainnya, yang pintu masuknya selalu terbuka.
Terus.. ya aku nikmatin liat-liat lukisan. Sampai-sampai nggak sadar udah ngobrol sama mbak tadi. Tanya sekolah dimana kelas berapa, ternyata mbaknya udah kuliah hampir semester akhir. Aku curhat tentang bimbanganku tentang fakultas apa yang mesti aku pilih.
Cara mbaknya njelasin, nasihatin, itu enak didenger. Saat itu aku udah tertarik sama mbak tadi. Keliatannya orangnya tulus. Habis ngobrolin tentang itu, aku nanya dimana lagi galeri yang pas hari itu ada pameran. Dikasih tau sama mbaknya. Ohya, ternyata mbaknya merupakan seorang penikmat lukisan, tapi nggak bisa ngelukis. Kayak aku gini hehehe ternyata nggak cuma aku yang menikmati lukisan tanpa bisa membuatnya.
Yah pokoknya begitulah. Sampai akhirnya aku dapet fb mbaknya dan aku baca blognya.
Subhanallah. Bahasanya sungguh membuat yang membaca jadi nyaman.
Sungguh... entahlah. bagus sekali.
Aku kenal seorang lagi yang memiliki karakter seperti mbak tadi, tapi aku nggak pernah ketemu. Dia sangat baik juga. Apa mungkin orangnya juga seperti mbak tadi?
Dua orang, memiliki karakter seperti ini, dan dua-duanya merupakan jurnalis. Apakah ada keterkaitan antara jurnalis/reporter dengan karakter ini? apakah pernah ada survei mengenai ini? Karena menurutku, iya, ada hubungannya. Jurnalis sangat baik dalam mengolah kata-kata. Sehingga, tulisan mereka pun menjadi sangat enak dibaca. Entah itu sangat berbobot atau hanya ocehan ringan belaka.
Namun yang pasti, mereka telah memberikan contoh, menjadi tauladan, dalam kehidupanku. Aku sungguh kagum dengan mereka. Mereka tidak saling kenal lho. Sama sekali tidak. Namun mereka adalah sosok-sosok kuat. Jauh dari keluarga, mencoba bekerja sendiri, namun masih ingat dengan Allah SWT dan keluarga mereka. Benar-benar memenangi "cobaan" hidup di masa sekarang.
Semoga aku bisa seperti mereka :) Amin.
Oh ternyata, galerinya memang tertutup. Pintu masuknya harus ditutup kembali setelah dibuka. Beda sama galeri galeri yang lainnya, yang pintu masuknya selalu terbuka.
Terus.. ya aku nikmatin liat-liat lukisan. Sampai-sampai nggak sadar udah ngobrol sama mbak tadi. Tanya sekolah dimana kelas berapa, ternyata mbaknya udah kuliah hampir semester akhir. Aku curhat tentang bimbanganku tentang fakultas apa yang mesti aku pilih.
Cara mbaknya njelasin, nasihatin, itu enak didenger. Saat itu aku udah tertarik sama mbak tadi. Keliatannya orangnya tulus. Habis ngobrolin tentang itu, aku nanya dimana lagi galeri yang pas hari itu ada pameran. Dikasih tau sama mbaknya. Ohya, ternyata mbaknya merupakan seorang penikmat lukisan, tapi nggak bisa ngelukis. Kayak aku gini hehehe ternyata nggak cuma aku yang menikmati lukisan tanpa bisa membuatnya.
Yah pokoknya begitulah. Sampai akhirnya aku dapet fb mbaknya dan aku baca blognya.
Subhanallah. Bahasanya sungguh membuat yang membaca jadi nyaman.
Sungguh... entahlah. bagus sekali.
Aku kenal seorang lagi yang memiliki karakter seperti mbak tadi, tapi aku nggak pernah ketemu. Dia sangat baik juga. Apa mungkin orangnya juga seperti mbak tadi?
Dua orang, memiliki karakter seperti ini, dan dua-duanya merupakan jurnalis. Apakah ada keterkaitan antara jurnalis/reporter dengan karakter ini? apakah pernah ada survei mengenai ini? Karena menurutku, iya, ada hubungannya. Jurnalis sangat baik dalam mengolah kata-kata. Sehingga, tulisan mereka pun menjadi sangat enak dibaca. Entah itu sangat berbobot atau hanya ocehan ringan belaka.
Namun yang pasti, mereka telah memberikan contoh, menjadi tauladan, dalam kehidupanku. Aku sungguh kagum dengan mereka. Mereka tidak saling kenal lho. Sama sekali tidak. Namun mereka adalah sosok-sosok kuat. Jauh dari keluarga, mencoba bekerja sendiri, namun masih ingat dengan Allah SWT dan keluarga mereka. Benar-benar memenangi "cobaan" hidup di masa sekarang.
Semoga aku bisa seperti mereka :) Amin.
Sunday, June 26, 2011
Sunday, June 26, 2011
I'm not even upset, hurt, or angry anymore.
I'm just tired.
I'm tired of putting in more effort than I receive.
I'm tired of holding on for nothing.
I'm tired of believing all your lies.
I'm tired of you proving me wrong every time.
I'm tired of getting my hopes up and being disappointed again.
I'm just tired.
I'm tired of putting in more effort than I receive.
I'm tired of holding on for nothing.
I'm tired of believing all your lies.
I'm tired of you proving me wrong every time.
I'm tired of getting my hopes up and being disappointed again.
Thursday, June 23, 2011
Orang Bilang
Thursday, June 23, 2011
Orang bilang harus memberi sebelum diberi
Orang bilang harus menghargai sebelum dihargai
Orang bilang harus memaafkan bila ingin dimaafkan
Orang bilang harus menghormati bila ingin dihormati
Dan itu semua memang benar adanya.
Menyayangi? Disayangi? Bagaimana dengan ini? Aku sudah menyayangi. Kapan aku disayangi?
Tuesday, June 07, 2011
Random Fact!
Tuesday, June 07, 2011
If you smile, even if you're in a bad mood, it will immediately improve your mood, because the simple action of thinking about smiling and using the muscles is enough to trigger happy chemicals in the brain.
Wednesday, May 18, 2011
I Found It, That Problem
Wednesday, May 18, 2011
Akhirnya aku tahu apa penyebab badmoodku dua hari ini. Awalnya aku pikir gara-gara cowok, tapi ternyata lebih serius daripada masalah labil seperti itu.
Tadi, saat timelineku dipenuhi oleh berbagai rapalan doa dan ucapan terimakasih pada Allah SWT, SNMPTN Jalur Undangan. Aku mendapatkan diriku terjebak. Sesuatu yang besar menghantamku, menyadarkanku akan sesuatu yang aku pendam sangat jauh dalam pikiranku. Yang menyangkut, kehidupan, masa depan. Menyangkut hubunganku dengan kepribadian, dan orang banyak. AKu pikir ini sudah selesai, aku pikir ini bukan masalah, aku pikir ini akan hilang secara perlahan.
Aku nggak suka dimana aku bersekolah sekarang.
Hampir setahun sudah. Aku keluar-masuk-melakukan-segala-kegiatan disini dengan hati tertutup. Sebenarnya dari SMP aku udah agak nggak sreg, padahal dulu aku nggak tau banyak tentang tempat ini, apakah feeling? Ya, mungkin, tapi aku dulu berpikir bahwa itu cuma angin lalu aja. Aku pikir tempat ini memang yang terbaik, seperti yang dikatakan orang-orang. Well, aku terpengaruh orang-orang itu? Ya, sepertinya begitu.
Dengan riuhnya berita tentang SNMPTN Undangan, aku jadi... takut. Takut karena aku belum memiliki modal apa-apa, padahal ujian hampir di depan mata.
Kenapa?
"kenapa" adalah pertanyaan yang pasti ditanyakan disini.
Jawabannya; setahun ini aku nggak bisa belajar dengan serius. Serius disini berarti sungguh-sungguh, belajarnya benar-benar dari hati. Aku nggak bisa. Hatiku tertutup. Sejak aku masuk ke tempat ini, semua jadi berbeda. Caraku merasakan jadi berbeda. Susah menjelaskannya, tapi sangat jauh berbeda dengan aku di SMP dulu. Bukan maksudku sombong, tapi aku dulu lumayan rajin. Hampir setiap hari buka buku, ulangan selalu siap, PR dijamin beres. Sekarang? Boro-boro! Belajar nggak pernah sama sekali, PR nggak pernah ngerjain, di kelas jarang merhatiin guru, bahkan MID, ujian-ujian serius yang lain, nggak pernah aku anggap serius; setahun ini aku nggak pernah punya mood yang pas buat belajar. Aku ingat, total hanya 3 hari aku belajar sangat serius, dalam setahun.
Misal: "Katanya *********? Kok nggak ikut?" aku nahan sekuat mungkin buat nggak teriak "APA?! AKU EMANG NGGAK MAU MASUK SINI!! JADI AKU MENGANGGAP DIRIKU BUKAN ITU!!!" kadang aku berbisik-menggeram pada teman yang kebetulan ada disampingku saat itu.
Begitu banyak hal yang membuat aku nggak bisa merasa lagi. Keadaan entah apa disini, senioritas, budaya, sifat mendasar... semua, aku nggak bisa menyatu dengan semua.
Aku bingung harus bicara sama siapa. Orang tua? ya aku pikir begitu, tapi entahlah aku malas membicarakan ini dengan mereka. Masa iya aku harus ke psikiater? Aku menganggap diriku ini sangat mengerti diriku, aku bisa memberi analisis terhadap diriku tentang apa saja yang menyebabkan aku manjadi begini-begitu. Yang aku butuhkan adalah saran, petunjuk, nasihat, dan tuntunan. Supaya aku bisa menjadi aku yang dulu lagi, supaya aku bisa merasa lagi.
Tadi, saat timelineku dipenuhi oleh berbagai rapalan doa dan ucapan terimakasih pada Allah SWT, SNMPTN Jalur Undangan. Aku mendapatkan diriku terjebak. Sesuatu yang besar menghantamku, menyadarkanku akan sesuatu yang aku pendam sangat jauh dalam pikiranku. Yang menyangkut, kehidupan, masa depan. Menyangkut hubunganku dengan kepribadian, dan orang banyak. AKu pikir ini sudah selesai, aku pikir ini bukan masalah, aku pikir ini akan hilang secara perlahan.
Aku nggak suka dimana aku bersekolah sekarang.
Hampir setahun sudah. Aku keluar-masuk-melakukan-segala-kegiatan disini dengan hati tertutup. Sebenarnya dari SMP aku udah agak nggak sreg, padahal dulu aku nggak tau banyak tentang tempat ini, apakah feeling? Ya, mungkin, tapi aku dulu berpikir bahwa itu cuma angin lalu aja. Aku pikir tempat ini memang yang terbaik, seperti yang dikatakan orang-orang. Well, aku terpengaruh orang-orang itu? Ya, sepertinya begitu.
Dengan riuhnya berita tentang SNMPTN Undangan, aku jadi... takut. Takut karena aku belum memiliki modal apa-apa, padahal ujian hampir di depan mata.
Kenapa?
"kenapa" adalah pertanyaan yang pasti ditanyakan disini.
Jawabannya; setahun ini aku nggak bisa belajar dengan serius. Serius disini berarti sungguh-sungguh, belajarnya benar-benar dari hati. Aku nggak bisa. Hatiku tertutup. Sejak aku masuk ke tempat ini, semua jadi berbeda. Caraku merasakan jadi berbeda. Susah menjelaskannya, tapi sangat jauh berbeda dengan aku di SMP dulu. Bukan maksudku sombong, tapi aku dulu lumayan rajin. Hampir setiap hari buka buku, ulangan selalu siap, PR dijamin beres. Sekarang? Boro-boro! Belajar nggak pernah sama sekali, PR nggak pernah ngerjain, di kelas jarang merhatiin guru, bahkan MID, ujian-ujian serius yang lain, nggak pernah aku anggap serius; setahun ini aku nggak pernah punya mood yang pas buat belajar. Aku ingat, total hanya 3 hari aku belajar sangat serius, dalam setahun.
Misal: "Katanya *********? Kok nggak ikut?" aku nahan sekuat mungkin buat nggak teriak "APA?! AKU EMANG NGGAK MAU MASUK SINI!! JADI AKU MENGANGGAP DIRIKU BUKAN ITU!!!" kadang aku berbisik-menggeram pada teman yang kebetulan ada disampingku saat itu.
Begitu banyak hal yang membuat aku nggak bisa merasa lagi. Keadaan entah apa disini, senioritas, budaya, sifat mendasar... semua, aku nggak bisa menyatu dengan semua.
Aku bingung harus bicara sama siapa. Orang tua? ya aku pikir begitu, tapi entahlah aku malas membicarakan ini dengan mereka. Masa iya aku harus ke psikiater? Aku menganggap diriku ini sangat mengerti diriku, aku bisa memberi analisis terhadap diriku tentang apa saja yang menyebabkan aku manjadi begini-begitu. Yang aku butuhkan adalah saran, petunjuk, nasihat, dan tuntunan. Supaya aku bisa menjadi aku yang dulu lagi, supaya aku bisa merasa lagi.