Monday, November 18, 2013

dia yang baru?

Monday, November 18, 2013


Hai.


Seharusnya aku menulis ini beberapa waktu yang lalu. Tapi moment dan ketenanganku baru ada sekarang hehehe.

Di postingan-postinganku yang sebelumnya aku selaluu aja bahas tentang dia yang—kata ‘kita’ tuh udah lama banget. Bukan so last year lagi tapi almost 6 years. namun sekarang ada nama baru yang belakangan ini mengusik pikiranku. Dengerin lagu sedikit aja, inget sama dia. Buka twitter kalo di timeline ada dia, tau-tau senyum-senyum sendiri—iya, aku menyadari itu; atau kalo dianya nggak ada, otomatis buka profilnya di new tab. Jadi kepo gitu, ngecekin conversationnya, favoritesnya, following-followersnya. Di kehidupan sehari-hari juga jadi otomatis nyariin dia. Alay bet :|

Di posisi ini aku kembali berpikir ke dia yang dulu. Seharusnya aku nggak perlu sedih-sedih seperti kemarin. Realistis, kita udah lost contact lebih dari 5 tahun; ketemu juga Cuma nyapa doang nggak ngapa-ngapain. Aku yakin banget dia udah ngubur namaku dalam dalam di masa lalunya. Sempet ge-er juga karena merasa aku-lah yang membuat dia jadi seperti sekarang—ya, he is an idol now, if you get what i mean. Enggaklah ya, dia berubah karena dia mau, karena dirinya sendiri. 

Sekarang udah nggak ada dia-yang-dulu lagi, adanya dia-yang-baru. Mulai saat ini kalo aku nyebut ‘dia’ itu berarti dia-yang-baru ya. Aduduh, ribet. Ehem.

Namun yang terjadi sekarang adalah... aku nggak sedalam itu kok suka sama dia, Cuma kagum aja ternyata.

Dari awal aku udah nggak yakin. Kemarin dulu sempet tertarik sama dia, lapi calm lagi, walaupun nggak jadi netral. Sampai suatu saat dia.. hmm terjadi sesuatu. Aku jadi (sok) care gitu. Jadi sebel sama diri sendiri juga, kenapa aku harus bersikap kayak gitu. Disini aku lebih membatasi diri lagi. 

Dan... dan... jeng jeng, aku mengakui aku sudah jatuh. Namun belum sepenuhnya. Begitu banyak hal yang aku pikirkan tentang dia. Salah satu sahabatku bilang, “Kamu bisa suka sama dia karena apanya?”, aku jawab, “Ya dia tu (aku nyebutin beberapa alasan yang kurasa jadi penyebabnya)”, sahabatku itu membalas,”kalau Cuma itu, masih banyak yang lebih dari dia. Yang membuat kita sulit ngelupain seseorang itu kalau kita sendiri nggak tau kita bisa suka sama dia karena apa”.

Iya juga sih, dia ada benernya. Dan aku ada beberapa alasan, itu artinya aku nggak terlalu sulit dong ngelupain dia. Karena jujur aja perasaan ini bikin aku jadi nggak nyaman. Apa-apa harus aware, kontrol diri biar kelihatan natural. Kalau diterusin bisa bikin tambah susah, sakit sakit sendiri, galau galau sendiri; dianya belum tentu ngerasa pula. Malah tambah runyam kalau sampai dia tahu atau ngerasa. Jadi? Ya jadi, yaudah, sampai disini aja dia-yang-baru-nya.

No comments:

Post a Comment

ERENA's © 2014