Hai.
Seharusnya aku menulis ini beberapa waktu yang lalu. Tapi
moment dan ketenanganku baru ada sekarang hehehe.
Di postingan-postinganku yang sebelumnya aku selaluu aja
bahas tentang dia yang—kata ‘kita’ tuh udah lama banget. Bukan so last year
lagi tapi almost 6 years. namun sekarang ada nama baru yang belakangan ini
mengusik pikiranku. Dengerin lagu sedikit aja, inget sama dia. Buka twitter
kalo di timeline ada dia, tau-tau senyum-senyum sendiri—iya, aku menyadari itu;
atau kalo dianya nggak ada, otomatis buka profilnya di new tab. Jadi kepo gitu,
ngecekin conversationnya, favoritesnya, following-followersnya. Di kehidupan
sehari-hari juga jadi otomatis nyariin dia. Alay bet :|
Di posisi ini aku kembali berpikir ke dia yang dulu.
Seharusnya aku nggak perlu sedih-sedih seperti kemarin. Realistis, kita udah
lost contact lebih dari 5 tahun; ketemu juga Cuma nyapa doang nggak
ngapa-ngapain. Aku yakin banget dia udah ngubur namaku dalam dalam di masa
lalunya. Sempet ge-er juga karena merasa aku-lah yang membuat dia jadi seperti
sekarang—ya, he is an idol now, if you get what i mean. Enggaklah ya, dia
berubah karena dia mau, karena dirinya sendiri.
Sekarang udah nggak ada dia-yang-dulu lagi, adanya
dia-yang-baru. Mulai saat ini kalo aku nyebut ‘dia’ itu berarti dia-yang-baru
ya. Aduduh, ribet. Ehem.
Namun yang terjadi sekarang adalah... aku nggak sedalam itu
kok suka sama dia, Cuma kagum aja ternyata.
Dari awal aku udah nggak yakin. Kemarin dulu sempet tertarik
sama dia, lapi calm lagi, walaupun nggak jadi netral. Sampai suatu saat dia..
hmm terjadi sesuatu. Aku jadi (sok) care gitu. Jadi sebel sama diri sendiri
juga, kenapa aku harus bersikap kayak gitu. Disini aku lebih membatasi diri lagi.
Dan... dan... jeng jeng, aku mengakui aku sudah jatuh. Namun
belum sepenuhnya. Begitu banyak hal yang aku pikirkan tentang dia. Salah satu
sahabatku bilang, “Kamu bisa suka sama dia karena apanya?”, aku jawab, “Ya dia
tu (aku nyebutin beberapa alasan yang kurasa jadi penyebabnya)”, sahabatku itu
membalas,”kalau Cuma itu, masih banyak yang lebih dari dia. Yang membuat kita
sulit ngelupain seseorang itu kalau kita sendiri nggak tau kita bisa suka sama
dia karena apa”.
Iya juga sih, dia ada benernya. Dan aku ada beberapa alasan,
itu artinya aku nggak terlalu sulit dong ngelupain dia. Karena jujur aja
perasaan ini bikin aku jadi nggak nyaman. Apa-apa harus aware, kontrol diri
biar kelihatan natural. Kalau diterusin bisa bikin tambah susah, sakit sakit
sendiri, galau galau sendiri; dianya belum tentu ngerasa pula. Malah tambah
runyam kalau sampai dia tahu atau ngerasa. Jadi? Ya jadi, yaudah, sampai disini
aja dia-yang-baru-nya.
No comments:
Post a Comment